Di era pandemi seperti sekarang ini, apa pun akan dilakukan demi terhindar dari penyakit menular yang mematikan: Covid-19. Salah satunya adalah berjemur di pagi hari. Konon, berjemur pada jam-jam tertentu di pagi hari bisa meningkatkan kadar Vitamin D. Hingga kini, Vitamn D diyakini berperan dalam meningkatkan sistem kekebalan manusia. Tak hanya itu, konon Vitamin D bisa melawan virus korona!
Benarkah demikian?
Sekilas Tentang Vitamin D
Selain untuk menjaga kesehatan tulang dan gigi, vitamin D bersifat antiradang, antioksidan dan dapat meningkatkan kinerja sistem kekebalan manusia
Di dunia kedokteran, yang
dimaksud dengan “Vitamin D” adalah Vitamin D3 dengan rumus kimia 1,25-dihydroxyvitamin
D3 (1,25(OH)2D3) yang sebagian besar diproduksi oleh prekursor dalam
kulit melalui radiasi Ulraviolet B atau UVB. Bahan dasarnya adalah 7-dehydrocholesterol.
Vitamin D adalah vitamin yang
larut dalam lemak dan memainkan sejumlah peran penting dalam tubuh. Selain
untuk menjaga kesehatan tulang dan gigi, vitamin ini juga bersifat antiradang,
antioksidan dan dapat meningkatkan kinerja sistem kekebalan manusia.
Peran Vitamin D dalam Meningkatkan Imunitas
Peran penting vitamin D3 sebagai
regulator imun bukan hanya karena interaksinya dengan sel limfosit T, tetapi
juga interaksinya dengan antigen-presenting cell (APC). Monosit yang terpapar
vitamin D3 akan mengurangi major histocompatibility complex (MHC)
kelas II. Pada akhirnya, vitamin D akan menghambat pengeluaran sitokin
proinflamasi oleh makrofag serta meningkatkan regulasi peptida antimikrobial
yang memiliki potensi antiviral.
Vitamin D juga mengurangi respons
inflamasi terhadap infeksi SARS-CoV-2, di mana vitamin D mampu berinteraksi
dengan protein angiotensin-converting-enzyme 2 (ACE2) sebagai
reseptor masuknya virus SARS-CoV-2
Benarkah Vitamin D Bisa Dijadikan Senjata Melawan Covid-19?
Vitamin D berkaitan erat dengan mortalitas pasien COVID-19
Hingga saat ini, belum ada obat
yang bisa membunuh atau melemahkan virus Covid-19. Namun, pemberian suplemen
sesperti vitamin D dipercaya mampu membantu pengobatan dan mempercepat
pemulihan penderita Covid-19, terutama penderita yang tidak bergejala atau
bergejala ringan.
Beberapa studi tentang
suplementasi Vitamn D untuk penderita Covid-19 seperti yang sudah dibahas di www.alodokter.com, menjelaskan bahwa
beberpa penelitian menunjukkan bahwa konsumsi vitamin D dengan kadar 10–25
mikrogram per hari dapat melindungi tubuh dari infeksi saluran pernapasan akut.
Selain itu, vitamin D untuk COVID-19 juga terbukti dapat menurunkan risiko
terjadinya badai sitokin dan komplikasi lain terkait peradangan.
Vitamin D pun diketahui bisa
menurunkan risiko terjadinya hipoksia dan penurunan kesadaran pada penderita
COVID-19, serta kematian pada penderita yang berusia di atas 40 tahun.
Sebaliknya, kekurangan vitamin D
diketahui dapat meningkatkan keparahan penyakit COVID-19, terutama pada
penderita obesitas dan diabetes.
Dalam sebuah tulisannya di www.alomedika.com , dr. Anastasia Feliciana
menjelaskan bahwa hingga saat ini, belum ada uji klinis yang dilakukan untuk
menentukan efek vitamin D secara spesifik dalam menyupresi rantai SARS-CoV-2.
Beberapa studi telah meneliti luaran klinis pasien COVID-19 berdasarkan status
vitamin D.
Sebuah meta analisis yang
dilakukan oleh Alipio meneliti 212 pasien COVID-19 dan status vitamin D. Rerata
kadar serum vitamin D adalah 31,2 ยตg/mL pada gejala ringan; 27,4 ยตg/ml pada
gejala sedang; dan 21,2 ยตg/ml pada gejala berat. Kadar vitamin D yang normal
ditemukan pada 55 pasien dan mayoritas (85,5%) mengalami gejala ringan. Status
insufisiensi vitamin D ditemukan pada 80 pasien dan mayoritas (43,8%) mengalami
gejala sedang. Pasien dengan status defisiensi vitamin D ada sebanyak 77 orang
dan mayoritas (40,3%) mengalami gejala berat. Studi ini menyimpulkan bahwa
kadar serum vitamin D berkaitan dengan luaran klinis pasien COVID-19. Dalam hal
ini, suplementasi vitamin D mungkin dapat meningkatkan luaran klinis pasien
COVID-19, tetapi studi uji klinis acak terkontrol dengan sampel besar perlu
dilakukan untuk mengonfirmasinya.
Dalam sebuah studi kohort
retrospektif di Indonesia, dengan sampel 780 pasien COVID-19, meneliti tentang
keterkaitan status vitamin D dan mortalitas pasien COVID-19. Setelah
mengesampingkan faktor perancu, seperti usia, jenis kelamin, dan komorbiditas;
hasil studi ini menyimpulkan bahwa status vitamin D berkaitan erat dengan
mortalitas pasien COVID-19. Angka mortalitas ditemukan lebih tinggi pada pasien
dengan insufisiensi vitamin D. Jika dibandingkan dengan pasien COVID-19 dengan
status vitamin D yang normal, risiko kematian meningkat sebanyak 10,12 kali
pada pasien COVID-19 dengan defisiensi vitamin D.
Sumber Vitamin D
Waktu terbaik untuk berjemur adalah pukul 08.30 hingga 10.00
Untuk memenuhi kebutuhan Vitamin
D guna mempertahankan dan meningkatkan sistem kekebalan tubh, sekaligus juga
untuk melawan Covid-19, berikut adalah beberapa cara meningkatkan kadar Vitamin
D:
1. Berjemur di pagi hari
Vitamin D
sebenarnya bisa diproduksi sendiri oleh tubuh, dengan jalan mengaktifkan
pre-vitamin D menjadi vitamin D3 dengan cara berjemur di bawah sinar matahari
(sinar Ultraviolet B) selama 15-20 menit seetidaknya seminggu 3 kali. Waktu
terbaik untuk berjemur adalah pukul 08.30 hingga 10.00
2. Konsumsi makanan yang kaya akan Vitamin D
Cara alami yang
kedua adalah dengan meningkatkan asupan makanan yang mengandung tnggi vitamin
D, yaitu ikan salmon, sarden, daging tanpa lemak, hati, kuning telur, jamur,
tuna, udang dan susu serta produk olahannya.
3. Suplementasi Vitamin D
Saat ini cukup
banyak obat vitamin D yang beredar di masyarakat. Namun yang perlu diperhatikan
adalah dosisnya.
Kebutuhan Harian Vitamin D
Efek Kelebihan Vitamin D
Konsumsi vitamin D dalam jangka panjang dapat menyebabkan penumpukan kalsium (hiperkalsemia) yang justru bisa melemahkan tulang, selain juga merusak ginjal dan jantung
Selain itu, konsumsi suplemen
vitamin D dalam jangka panjang dapat menyebabkan penumpukan kalsium
(hiperkalsemia) yang justru bisa melemahkan tulang, selain juga merusak ginjal
dan jantung.
Oleh karena itu, sebaiknya Anda berkonsultasi dulu dengan dokter sebelum mengonsumsi suplemen vitamin D, terlebih jika Anda memiliki penyakit atau kondisi medis tertentu.
Kesimpulan
- Vitamin D berperan penting dalam mempertahankan dan meningkatkan imunitas. Dengan meningkatnya daya tahan tubuh, diharapkan tubuh bisa melawan semua mikroorganisme termasuk virus korona yang masukke dalam tubuh manusia.
- Efektivitas vitamin D dalam melawan virus Covid-19 masih membutuhkan peneliitian lebih lanjut dengan sampel yang besar.
- Konsumsi vitamin D saja belum cukup untuk mencegah penularan virus Covid-19. Namun harus dipadukan dengan upaya penting lain, yaitu disiplin menggunakan masker, menghindari kerumunan dan mencuci tangan sesering mungkin dengan cara yang benar.
Masya Allah. Semangat..
BalasHapusAyo berjemur hehehe.
Tanpa sadar ternyata kami mengkonsumsi bit D yang terkandung dalam makanan.yaitu hati, kuning telur, udang
Penjelasannya runut dan enak dok. Meski agak ilmiah tapi mudah dipahami. Sehat2 dok.
Makasih bu... Meski belum fit 100%, akhirnya bisa selesai tugasnya...
Hapusmantap pak Dokter. ijin saya share yaaa..
BalasHapusAduh jadi malu... Maturnuwun bunda Dina. Semoga bermanfaat
HapusWah bermanfaat sekali informasinya pak dok.
BalasHapusauto berburu sumber vitamin D noh
Pilih cara alami aja bund: berjemur sambil olahraga. Murah, mudah, dan bikin happy
HapusAwalny berasa masum kelas kimia Dok, tpi sangat menjawab kesimpangsiuran peranan vitamin D utk penderita covid..
BalasHapusEmang vitamin paling baik itu langsung dari penciptaNya yaa, semangat sunbathing
Eits, jangan salah ya... Www.DokterTaura.com memang blog ilmiah lo... Hihihi.... Makasih ya sudah meninggalkan jejak di postingan vital ini
HapusWah keren nih pam dokter artikelnya lebih komplit, dok kalau konsumsi vitamin lebih dari satu jenis boleh ga sih. Misal pagi minum vitamin D mlm sebelum tidur minum vit C Belum lagi paginya masih minum madu juga.
BalasHapusBoleh kok kak. Semua vitamin walaupun bisa dibeli bebas di apotek maupun minimarket, tetap harus sesuai dosis atau kebutuhan harian. Sumber vitamin alami dari makanan, jauh lebih baik ya kak...
HapusIni ya yg namanya baca artikel dari penulis yang emang bidangnya. Keren dok! So far orang konsumsi vit.D itu asal beli aja ya. Padahal jangka panjang kalau gak konsul ke dokter ngeri juga ya. Thanks dok untuk pemaparannya yg mudah dipahami. Stay safe.........
BalasHapusMakasih kak... Vitamin D tergolong suplemen, jadi bisa dibeli bebas di apotek atau toko obat. Kejadian overdosis vitamin D sebenarnya tidak banyak. Hanya kita harus tetap hati-hati dengan dosisnya.
HapusDok,, katanya kelebihan Vit D juga gak baik yah? Bener gak??
BalasHapusIya betul, di bagian akhir artikel sudah saya jelaskan ya kak... Btw kalau kelebihan vitamin duit enak kali ya kak...
HapusTerjawab sudah waktu ideal untuk berjemur, semoga cuaca cerah dan ga banyak awan :D.
BalasHapusTerima kasih Pak Dokter atas sharing ilmunya :D.
Semoga lekas pulih dan bisa beraktivitas seperti sedia kala :)
Alhamdulillah... Semoga bermanfaat ya kak. Salam sehat. Tetap jaga prokes
Hapusalhamdulillah bermanfaat sekali dokter, menjawab kegelisahan saya selama ini karena banyak informasi perihal vitamin d yang beda beda. barakallah dokter๐
BalasHapusMohon izin bertanya dokter, untuk konsumsi vitamin D pada ibu hamil itu bagaimana nggih dokter? Apakah ada risikonya nggih dokter?
BalasHapusTerimakasih banyak dokter atas informasinya sangat bermanfaat dikala saya sedang melaksanakan isolasi mandiri dan diberi saran untuk minum suplemen vit D, terimakasih banyak dokter atas informasinya ๐๐ป
BalasHapusBermanfaat sekali dokter, sangat menjawab peranan vitamin D untuk penderita covid, izin share nggih dokter.
BalasHapusMohon izin bertanya dokter dikarenakan banyak kabar untuk vit D high dose dapat mencegah covid 19 bagaimana nggih dokter? untuk dosisnya apakah aman bila dikonsumsi sehari hari walau tidak sakit?
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus