Sebenarnya saya bukan termasuk penggemar film-film bollywood, mengingat film India identik dengan bernyanyi sambil joged, menangis sembari memeluk pohon di tengah gerimis, alur cerita yang berbelit dan durasi film yang lama. Tapi seketika persepsi saya berubah 180 derajat manakala menonton film “Taare Zameen Par” yang dibesut oleh sutradara kondang Amir Khan.
Pertama kali berkenalan dengan film edukasi ini atas rekomendasi sejawat saya yang mendalami masalah disleksia. Benar saja, saya banyak sekali mendapatkan informasi seputar disleksia, mulai bagaimana jalan pikiran penderita disleksia, bagaimana metode pembelajaran yang tepat untuk penderita disleksia, hingga masalah parenting, terutama peran ayah dalam pengasuhan anak. Tidak hanya itu, film ini telah berhasil menguras airmata saya. Pendek kata, film edukasi ini benar-benar edukatif, inspiratif dan sangat menyentuh.
Sinopsis
Film edukasi tentang anak berkebutuhan khusus ini dibuka dengan adegan guru yang sedang membacakan nilai, dimana seorang siswa bernama Ishaan Nandkishore Awasthi selalu mendapat nilai di bawah rata-rata. Ishaan, diperankan oleh Darsheel Safary adalah anak laki-laki berumur 8 tahun, dikenal sebagai anak yang tidak pintar (baca: bodoh) dan nakal. Di sekolah dia selalu kesulitan berkonsentrasi dan mengerjakan tugas akademis. Di rumah pun, dia senantiasa menjadi biang keributan baik di dalam rumah maupun dengan teman-teman di sekitar rumahnya. Tak jarang kedua orang tuanya memarahi bahkan menghukum Ishaan karena kenakalannya itu.
Di sekolah barunya itu pun, Ishaan berubah menjadi anak pendiam dan pemurung. Dia pun sering dihukum oleh guru karena ia tetap tidak bisa mengikuti pelajaran.
Ayah (Vipin Sharma) dan ibu (Tisca Chopra) Ihsaan sering membanding-bandingkan Ishaan dan kakaknya Yohaan (Sachet Engineer) yang selalu juara kelas dan berprestasi di olahraga tenis. Sebenarnya Ishaan mempunyai kelebihan di bidang menggambar, tapi potensinya ini tidak pernah dilirik olah orangtua maupun gurunya.
Karena kenakalan dan nilai akademis Ishaan yang buruk, orang tua memindahkan Ishaan di sebuah boarding school. Sebenarnya Ishaan menolak dipindah ke sekolah asrama, tetapi ayah dan ibunya tetap memindahkannya. Anak laki-laki kelas tiga SD itu pun menjadi tertekan dan merasa dibuang oleh keluarganya sendiri. Di sekolah barunya itu pun, Ishaan berubah menjadi anak pendiam dan pemurung. Dia pun sering dihukum oleh guru karena ia tetap tidak bisa mengikuti pelajaran.
Situasi mulai berubah saat ada guru baru bernama Ram Shankar Nikumbh yang diperankan oleh Aamir Khan. Pak Guru Ram berhasil memberikan suasana baru yang penuh canda dan tawa, jauh dari kata serius. Metode mengajar yang diterapkan oleh guru baru itu membuat murid-murid satu kelas menjadi ceria dan semangat belajar, kecuali Ishaan. Dia tetap menjadi murid yang pemurung. Guru Ram pun mencari tahu penyebabnya. Dan dari tulisan-tulisan Ishaan, Guru Ram menyimpulkan bahwa Ishaan adalah seorang penderita Disleksia.
Apa itu Disleksia?
Disleksia merupakan salah satu gangguan belajar yang tergolong "Kesulitan Belajar Spesifik. Kata disleksia berakar dari kata Yunani dyslexia, yang tersusun atas awalan “dys” berarti kesukaran dan kata ”lexis” yang berarti berbahasa, sehingga makna kata disleksia adalah “kesukaran dalam berbahasa”.
Anak disleksia memiliki tingkat kepandaian yang normal bahkan beberapa diatas rata-rata
Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2017 melaporkan bahwa pada kenyataannya kesulitan yang terjadi tidak hanya pada kegiatan berbahasa saja tetapi juga melibatkan domain lain seperti kemampuan membaca, menulis dan bahasa sosial.
Kondisi disleksia ini didasari oleh kelainan neurobiologis dimana anak memiliki perbedaan dalam memproses informasi dalam hal ini berupa informasi bahasa, seperti bagaimana mengambil informasi (input), bagaimana mereka memahami informasi tersebut, mengingatnya, dan mengaturnya dalam pikiran mereka (cognitive processing) sehingga menghasilkan tanggapan (response), serta bagaimana mereka menyampaikan tanggapan tersebut (output). Seluruh tahapan ini dapat terganggu pada seorang anak dengan disleksia.
Dengan latar belakang tersebut dapat dipahami mengapa salah satu ciri yang muncul dari seorang anak dengan disleksia adalah kesulitan memahami dan mengikuti instruksi lisan.
Walaupun anak disleksia cenderung memiliki kemampuan berbahasa di bawah rata rata, tetapi ternyata memiliki potensi kognitif yang baik. Anak disleksia memiliki tingkat kepandaian yang normal bahkan beberapa diatas rata-rata.
Guru Ram yang Awesome
Kembali ke alur cerita film. Guru Ram ternyata tidak hanya handsome, namun juga awesome. Setelah memastikan muridnya menderita disleksia, dia segera berkoordinasi dengan kepala sekolah dan kedu orang tua Ishaan. Melalui perdebatan yang cukup panjang, akhirnya guru Ram berhasil meyakinkan bahwa Ishaan bukan anak nakal, bukan pula anak bodoh. Ishaan hanya mempunyai kekurangan dalam membaca dan menulis. Pada adegan inilah, Aamir Khan berhasil menjelaskan apa itu disleksia dengan gamblang dan jauh dari kesan menggurui.
Di film ini kita banyak belajar bagaimana hubungan guru dan murid yang seharusnya
Skenario dari film ini memang sangat bagus. Apalagi ditambah dengan akting Aamir Khan yang sangat menjiwai dan aktor cilik Darsheel Safary yang aktingnya sangat natural, sinematografi yang apik, membuat film edukasi ini banyak diganjar berbagai macam penghargaan. Mulai penghargaan perfilman di tingkat nasional maupun internasional.
Apakah cukup sampai disini kiprah guru Ram? Ternyata tidak! Layar kaca Anda akan menampilkan bagaimana metode pembelajaran yang tepat untuk penderita disleksia. Sekali lagi, semua digambarkan secara rileks dan natural, tetapi tepat sasaran. Kita seperti mengikuti kuliah ilmiah tapi bukan dengan gaya tutorial biasa, melainkan dengan bahasa film yang indah.
Di sinilah kita banyak belajar bagaimana hubungan guru dan murid yang seharusnya. Disini juga kita bisa belajar bahwa pembelajaran untuk penderita disleksia harus melibatkan murid, bersifat individual, memperhatikan aspek emosi dan dilakukan dengan penuh keriangan serta tidak meninggalkan unsur “bermain” sebagai dunianya anak-anak.
Terapi Disleksia
Anak disleksia dapat tumbuh menjadi seorang individu dewasa tanpa disleksia atau berkurang derajat disleksianya.
Kemampuan mengatasi masalah (coping strategy) ini dapat dikembangkan karena pada dasarnya anak disleksia memiliki intelegensia yang normal. Kemampuan mengatasi masalah ini dapat dikembangkan melalui terapi remediasi dan akomodasi sehingga seorang anak disleksia dapat tumbuh menjadi seorang individu dewasa tanpa disleksia atau berkurang derajat disleksianya.
Ada tiga model strategi pembelajaran yang bisa diterapkan terhadap anak disleksia, yaitu: Metode Multisensori, Metode Fonik (Bunyi), dan Metode Linguistik.
Metode Multisensori mendayagunakan kemampuan visual (kemampuan penglihatan), auditori (kemampuan pendengaran), kinestetik (kesadaran pada gerak), serta taktil (perabaan) pada anak. Dalam prakteknya, mereka diminta menuliskan huruf-huruf di udara dan di lantai, membentuk huruf dengan plastisin, atau dengan menuliskannya besar-besar di lembaran kertas. Cara ini dilakukan untuk memungkinkan terjadinya asosiasi antara pendengaran, penglihatan dan sentuhan sehingga mempermudah otak bekerja mengingat kembali huruf-huruf.
Metode Fonik atau Bunyi memanfaatkan kemampuan auditori dan visual anak dengan cara menamai huruf sesuai dengan bunyinya.
Metode Linguistik adalah mengajarkan anak mengenal kata secara utuh. Cara ini menekankan pada kata-kata yang bermiripan. Penekanan ini diharapkan dapat membuat anak mampu menyimpulkan sendiri pola hubungan antara huruf dan bunyinya.
Happy Ending
Alur cerita film ini sebenarnya sederhana: perjalanan seorang penderita disleksia
Di akhir tahun pelajaran, boarding school tempat Ishaan sekolah mengadakan lomba menggambar antar siswa dan guru. Gambar dari pemenang lomba ini akan dijadikan cover dari buku tahunan sekolah. Pada adegan ini, sutradara berhasil mengaduk-aduk emosi penonton. Ada adegan yang membuat cemas saat Ishaan datang terlambat saat lomba, ada bumbu adegan lucu yang alami, hingga adegan haru saat Ishaan dan guru Ram berpelukan diatas panggung. Ya, pemenang lomba ini adalah Ishaan. Film ini pun berakhir dengan happy ending.
Alur cerita film ini sebenarnya sederhana: perjalanan seorang penderita disleksia dari mulai dicap sebagai anak nakal dan bodoh, kemudian diketahui menderita disleksia, mendapatkan terapi yang sesuai, hingga menjadi juara melukis. Sudah, hanya itu. Tak ada plot twist, tak ada tokoh antagonis, pun tak ada konflik yang beranak pinak. Namun, dalam menikmati sebuah film, bukankah kita tidak selalu fokus pada alur cerita? Justru detail dari cerita dan penggambaran ide cerita melalui sinematografi yang indahlah yang membuat kita betah menonton film hingga berjam-jam lamanya.
Rating
Film ini bukan sekedar film edukasi tentang disleksia, namun lebih dari itu. Ada parenting yang tercecer sejak awal hingga pertengahan film, ada filosofi guru dan murid, hubungan antara sekolah dan orang tua siswa, hingga kasus perundungan di sekolah. Semua mengasah kepekaan dan empati kita.
Pelajaran terpenting dari film ini adalah sebagai orang tua (juga para pendidik), hendaknya kita tidak memandang rendah anak-anak yang "tampak" bodoh atau "tampak" nakal. Karena setiap anak pasti memiliki kelebihan dan keistimewaan. Every child is special, like stars on earth.
Rating dari saya 9/10, cocok ditonton bareng keluarga atau nonton bareng murid sekelas dengan guru. Hanya saja, saya berpesan untuk jangan lupa menyiapkan tisu, sapu tangan, handuk beserta ember. Film ini tidak sekedar film edukasi, tapi juga film yang menyentuh dan sarat inspirasi.
Wah pak taura suka film india juga... Best ini pak, film ini bikin saya bisa liat sisi lain dari anak ketika ada sesuatu yang janggal, sebelum nonton ini udah duluan komen " Ko gitu aja ga bisa sih"
BalasHapusPadahal waktu itu nontonnya belum punya anak dan belum nikah 🤭
Ini film pertama yang bikin saya mewek, nangis sesenggukan. Untung nontonnya pas sendirian
BalasHapusSaya udah dua kali nonton film ini, krn ada pesan moral bagi seorang guru. ...
BalasHapusTapi dokter memberikan sisi lain dari film .., makasih dokter penjelasannya ...
Ngomong2 ternyata sama juga sama saya yang lumayan suka film India ...:D:D:D
Makasih Pak Hamdan. Diulas dari sisi mana pun, insyaallah tetap bagus. Very touching film
HapusJadi pengen cepet² nonton filmnya nih dok, asli nonton film boliwood terakhir kali itu jaman film koch koch hota hai, setelah itu ga pernah nonton lagi hehehe
BalasHapusBuruan donlot kak, hari senin harga sudah naik lo
HapusBelakangan filmnya Amir Khan emang recommended ya dok. Film ini sukses juga bikin aku nangis.
BalasHapusKonon, film-film nya Aamir Khan selalu sarat akan pesan moral. Tinggal kitanya aja yang peka atau gak
HapusSetelah membaca tulisan dokter, saya jadi penasaran tentang bagaimana filmnya, jadi tidak sabar untuk menontonnya, karena sepertinya akan banyak sekali pembelajaran yang bisa saya dapatkan, terima kasih informasinya dokter
BalasHapusIngat pesan saya ya... Siapkan tisu, handuk sekalian ember. Film ini mengandung bawang
HapusKeren pak dokter. Belajar dimana sih bisa buat resensi film sebagus itu. Ada unsur hiburan dan pembelajarannya. Two thumbs for you kak. Kapan dibikin centernya?pasiennya dah banyak ngantri
BalasHapusCenter tumbuh kembang anak ya maksudnya? Iya, nunggu kamu selesai sub spesialis nya... Semangat ya bossque
HapusSaya sudah pernah menonton dokter dan buat nangis terus, filmnya sangat bagus sekali, pesan moralnya juga banyak sekali
BalasHapusPokoknya filmnya komplit deh... Hiburan dapet, belajar juga dapet
HapusSuka banget sama film ini Pak Dokter. Memang filmnya Amir Khan ini keren2 ya, Pak..
BalasHapusMakasih kak sudah berkunjung ke blog cupu ini. Punya rekomendasi film Aamir Khan yang lain?
Hapuskeren dokter, setelah baca ulasan dari dokter. saya langsung lihat trailernya dan semakin penasaran dengan film fullnya, kelihatannya menyentuh dan edukatif sekali
BalasHapusBanyak pelajaran berharga di film itu... Parenting, disleksia dsb. Buruan tonton
HapusKeren dokter filmnya, saya sudah pernah nonton filmnya, alur ceritanya bagus dan tidak bosenin, salah satu film yang saya tonton dan suka, bagi saya yang tidak suka nonton film.
BalasHapusAnak muda jaman sekarang jarang lho yang gak suka nonton film. Terus hobby mu apa? Baca diktat?
HapusSaya sudah nonton juga dokter, benar2 menguras air mata dok 😭
BalasHapusMohon maaf dokter izin bertanya untuk metode terapi yg dilakukan itu apakah semua metode harus dilakukan nggih dokter?
Sebaiknya semua metode dicoba. Cara metode mana yang paling nyaman buat penderita. Ingat, harus selalu komunikasi ya
HapusJadi penasaran pengen nonton. Bisa ditonton lewat situs apa nih, dok?
BalasHapusFilm ini dirilis akhir 2007. Jadi sudah jadoel ya... Googling aja biar gak repot
HapusUlasannya mantap Pak Dokter. Keren keren.
BalasHapusAku juga beberapa kali nonton ini. Sewaktu masih mengajar dulu aku suka cari film2 yg membuatku jadi semakin semangat dalam bidang pendidikan khususnya.
Btw, ada sih film Indo yg juga bahasa diseleksia judulnga wonderfull life tapi emang beda secara alur namun sama sama mengesankan
Wonderful life sudah saya tonton di bioskop bu. Bagus juga sih... Tapi kurang ngena menurut saya. Btw, Maturnuwun nggih sudah berkunjung ke blog cupu ini
HapusSaya beberala kali menonyon film jni berulang. Banyak sekali film India yang biasa ditonton. Satu lagi yang saya berkesan, veer zhara.
BalasHapusBeer zhara ya pak? Oke noted.... Segera donlot. Makasih ya pak rekomnya
HapusSetuju Dok, setiap anak itu spesial jadi sebagai orang tua harus menyadari benar kelebihan dan kekurangan masang anaknya... Keren ulasannya, jadi pengen nonton nih...
BalasHapusBetul kak, orang tua bertugas menemukan harta karun yang tersembunyi pada anak. Ternyata anak itu bukan sekedar anugerah terindah ya, tapi juga amanah terbesar!
HapusWah... Karena gak suka nonton, ketinggalan film bagus. Awalnya tadi sempat baca caption ini di Ig, terbawa sedih. Tapi pas baca ulasan ini, ternyata menarik, jauh darinkesan sedih.
BalasHapusKalau ada kesempatan, bunda mau cari filmnya..
Makasih Dok, di tunggu film lain yang menarik...
Maturnuwun rawuhipun bunda Dina.... Sebaiknya film ditonton bareng anak dan cucu nggih...
HapusUdah nonton film ini dan emang bagus banget. Baca tulisan dokter jadi makin gamblang soal disleksia. Btw, putri saya disleksia dan bercita-cita jadi dokter, lo.
BalasHapusSaya membahas film edukasi yang menghibur ini dari sisi lain.... Semoga tercapai ya cita-cita ananda...
HapusSetuju dokter, filmnya bagus sekali. Karena film ini saya mulai tau apa itu disleksia.
BalasHapusTerimakasih dokter tambahan ilmunya tentang disleksia. Jadi disleksia itu adalah gangguan belajar, dimana anak mengalami kesulitan dalam berbahasa, membaca, menulis, serta bahasa sosial. Hal tersebut disebabkan anak memiliki perbedaan dalam menerima, memproses, hingga menyampaikan informasi yg didapatnya. Karena itu, orang lain sering menganggap anak disleksia nakal atau kurang pintar, padahal tingkat kepandaiannya normal atau bahkan diatas rata-rata. Meskipun tidak bisa sembuh, apabila diterapi anak akan menemukan cara untuk mengatasi disleksianya ketika dewasa. Cara pembelajarannya yaitu metode multisensori (mis. meminta anak menulis di udara), fonik (menamai huruf sesuai bunyinya) dan linguistik (menekankan kata yg mirip)
Good job, Qory.... Jangan berhenti belajar. Jangan segan mengosongkan gelas saat majelis ilmu dimulai...
HapusIstilah disleksia akhirnya mendapatkan informasi lengkap disini, filmnya belum lihat dok, kosakatanya menarik sebagai bagian yang dijukpai pada anak istimewa atau anak berkebutuhan khusus
BalasHapusFilm ini cocok ditonton bareng keluarga, Pak. Percaya deh, gak bakalan nyesel
HapusBenar sekali dokter, saya setuju.. film ini sangat bagus. Setiap nonton film ini pasti selalu siap sedia tisu. Karena film ini mengemas semua aspek seperti edukasi, parenting dan komunikasi yang baik antara guru dan orangtua seperti di film. Banyak ilmu dan pengetahuan yang bisa dipelajari setelah menonton film ini.
BalasHapusBetul banget. Saya juga gak tahan utk tidak menangis
HapusSaya sependapat dengan dr.Taura film ini edukatif,inspiratif dan menyentuh.Saya tempatkan andai saya yang menjadi Ishaan sangat menderita sekali dengan kondisinya yang mengalami Disleksia. Terkadang itulah orangtua ya, bukan merangkul anak malah membandingkan dengan anak lainnya. Ishaan tentunya juga tidak mau seperti itu.Untungnya dia bertemu guru yang baik ya dok akhirnya Ishaan bisa berkarya "juara melukis"
BalasHapusSyukak deh sama komen tante Denise... Pasti udah nonton kan, tante?
HapusMakasih ya...
notes, saya harus menonton film “Taare Zameen Par”
BalasHapussaya penyuka film2 serupa, termasuk Children of Heaven dari Iran
film long lasting yang gak bosen ditonton dan tonton lagi
Children of heaven yang lomba lari demi dapat hadiah sepatu ya?
HapusItu film bagus banget... Kalo taare ini lebih ke edukasi tentang disleksia yang sering kali penderitanya di cap sebagai anak bodoh atau anak nakal
MashaAllah Mas. Baru baca tulisan ini aja saya langsung tergugah. Story tellingnya menyentuh banget. Padahal bener ya, film ini sebenarnya sederhana. Hanya tentang cerita hidup seorang anak disklesia dan lingkungan kecil diantaranya. Tapi sudah berhasil melahirkan pola pikir baru bagi semua orang tentang apa dan bagaimana menangani penderita disklesia.
BalasHapusFix. Wajib tonton ini sih.
BTW, saya mendadak teringat dengan Deddy Corbuzier. Salah seorang penderita disklesia juga. Sempat beberapa kali tidak naik kelas dan rendah diri. Hingga akhirnya bisa sukses seperti sekarang.
Gara gara komentar Yuk Annie Nugraha saya jadi penasaran!
BalasHapusKeren mas ulasannya. Saya juga pernah mengulas tentang seorang anak disklesia dan memang sebaiknya kita mulai melahirkan pola pikir baru, bagi semua orang tentang apa dan bagaimana menangani penderita disklesia.
Wajib nonton ini sih.
btw Tom Cruise juga katanya disleksia!
Rekomendasinya boleh juga nih Pak Dokter. Karena kalau udah Aamir Khan yang jadi tokoh utamanya selalu bikin greget dan ceritanya bagus.
BalasHapusBetul. Tiap habis nonton filmnya Amir Khan, selalu bikin kita merenung...
Hapusfilm ini adalah salah satu film india terbaik. Banyak pelajaran yang bisa diambil dari film ini, terutama bagi orang tua
BalasHapusFilmnya rekomended berarti nih dok terutama untuk keperluan edukasi tentang disleksia.. Kebayang nih gemana haru birunya pas nonton dok...
BalasHapusSaya sudah pernah melihat film ini dokter. Dan Saya setuju dengan tulisan dokter untuk film Taare zameen ini membuat para penontonnya campur aduk dan banyak pelajaran yang bisa kita ambil terutama cara orang tua dan juga guru menghadapi (mengasuh) anak yang mengalami keperbedaan dengan teman dan saudaranya. Dan saya senang dengan tulisan dokter diselah selah menceritakan mengenai film Taare zameen, dokter menyisipkan sebuah informasi yang sangat berguna bagi pembacanya mulai dari pengetahuan mengenai deseleksia dan juga terapi deseleksia yang mungkin banyak orang awam belum ketahui.
BalasHapusTerima kasih dokter atas tulisan dokter yang begitu ringan tetapi banyak segudang manfaat.
Wah terima kasih banyak dokter atas review filmnya 🙏 Ternyata tidak semua film India isinya menari dan bernyanyi saja, rupanya ada film yang keren banget kayak film ini 😁
BalasHapussepertinya menarik untuk dijadikan tontonan dan pelajaran disela sela jadwal koas 🙏😁
Terimakasih dokter untuk reviewnya. Saya sangat kagum dengan sosok guru Ram, dimana ia sangat peduli dengan anak didiknya, bahkan mencari tau tentang Ishaan. Saya rasa, seorang guru harus bisa menjadi seorang guru Ram, untuk tidak men-judge dan menganggap kekurangan anak didiknya sebagai suatu hal yang salah
BalasHapusWahhh saya ngga tau film ini, tpi membaca review dari dokter jadi tertarik buat lihat kayaknya filmnya banyak mengandung pesan moral nggih dok
BalasHapusFilmnya bagus bngett dokterr, banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari film ini, kita bisa lebih tau apa itu disleksia, bisa lebih paham tentang cara untuk mengasuh anak mengalami disleksia, bukan cuma itu film ini jugah benar benar menguras emosi para penontonya, review dari film ini jugah sangat bangus dokter, bahasanya mudah dimengerti dan menggambarkan seluruh isi dari cerita filmnya.
BalasHapusBerarti disleksia ini berkaitan dengan gangguan neurologi ya Dok?
BalasHapusSaya coba kalau senggang siapa tau sempat nonton film ini, karena dari sinopsis ini yang bikin saya tertarik justru adalah bagaimana sang guru ini memiliki hubungan dengan sang murid. Karena jujur saya nanti pingin ngajar juga. Saat saya menjadi murid saya berusaha belajar bagaimana adab murid kepada guru, dan saya yakini bahwa nanti saat saya menjadi gurupun, saya tetap murid. Tapi lebih dari itu, saya ingin lebih memahami bagaimana adab guru terhadap murid. Karena saya percaya bahwa hal baik akan kembali menjadi baik kembali untuk diri saya
MasyaAllah, buat saya yang biasanya kurang tertarik dengan genre film seperti ini, setelah saya baca artikel ini kok saya jadi penasaran dan saya rasa ceritanya sangat menarik, sangat mengandung pesan moral dan sangat menyentuh. Dari artikel ini juga disebutkan dan dijelaskan tentang disleksia sehingga menambah pengetahuan saya juga mengenai disleksia. Terimaksih banyak dokter. Next time akan saya coba menonton film ini.
BalasHapusdari tulisan ini saya bisa mengambil point kalau disleksia hal yang kadang tidak terdeteksi pada anak , padahal disleksia dapat mempengaruhi kehidupan anak. ternyata mengajari anak bagaimana cara mengatasi kekuranagnya bisa menutup hal tesebut dan menggantinya dengan sebuah kelebihan
BalasHapus