Pertusis merupakan penyakit pada saluran napas yang sangat menular disebabkan karena infeksi bakteri Bordotella pertussis. Penyakit yang mendapat julukan "Batuk Seratus Hari" ini kelihatannya sudah mulai terkikis. Namun sesungguhnya, data dan fakta membuktikan bahwa Pertusis masih eksis!
Premis di atas adalah salah satu yang ingin saya tekankan saat saya memberikan kuliah tentang Ilmu Kesehatan Anak dengan materi "Pertusis".
Seperti biasa, kuliah klasikal saya buka dengan beberapa pertanyaan receh yang random. Salah satu peserta didik saya panggil melalui pemilihan secara random dari daftar absensi yang berada di tangan saya.
"Apa yang ada dalam pikiran kalian ketika mendengar kata 'Pertusis'?" tanya saya setelah menyebut nama salah satu mahasiswa yang tertulis rapi di lembar presensi.
"Pertusis itu nama salah satu imunisasi selain Difteri dan Tetanus (maksudnya DPT)," jawab mahasiswa itu dengan penuh percaya diri.
Jawaban di atas bukan jawaban yang salah, namun sejatinya bukan itu yang saya tanyakan.
Jawaban di atas sekaligus membuat saya berpikir bahwa masyarakat di luar sana masih sangat awam dengan penyakit Pertusis, sebuah penyakit menular yang jika diderita oleh bayi dan anak, bisa berbahaya dan mengancamm nyawa.
Di saat yang hampir bersamaan, salah satu rekan saya yang seorang penulis Balikpapan mengirimkan pesan singkat melalui whatsapp, menanyakan beberapa hal terkait kondisi anaknya yang mengalami batuk lebih dari dua minggu.
"Sebenarnya kondisi anak saya, baik-baik saja sih, Dok. Tapi kalau pas kambuh batuknya, parah banget, gak berhenti-berhenti sampai mukanya biru bahkan muntah. Pernah juga hingga keluar air liurnya," tulis rekan saya sang owner sebuah Travel Blogger Balikpapan.
Kondisi seperti di atas, dimana seorang anak menderita batuk lebih dari 2 minggu, masuk dalam kriteria Batuk Kronik Berulang.
Menurut IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) definisi Batuk Kronis Berulang (BKB) adalah keadaan klinis oleh berbagai penyebab dengan gejala batuk yang berlangsung selama 2 minggu atau lebih dan/atau batuk yang berulang sedikitnya 3 episode dalam 3 bulan berturut, dengan atau tanpa disertai gejala respiratorik atau non-respiratorik lainnya.
Salah satu penyebab BKB, dimana penderita "relatif tampak sehat" adalah Pertusis.
Pertusis Masih Eksis
Pertusis adalah penyakit saluran napas yang sangat menular yang disebabkan karena infeksi kuman Bordotella pertussis.
Pertusis disebut juga batuk rejan atau "Whooping Cough". Beberapa orang menyebut Pertusis sebagai "Batuk Seratus Hari"
Penyakit Pertusis ditularkan melalui "droplet" atau percikan air liur saat batuk atau bersin.
Bordotella pertussis sendiri merupakan bakteri gram negatif
Laporan WHO menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2018 telah terjadi 151.074 kasus Pertusis di seluruh dunia.
Penyakit Pertusis sebenarnya bisa diderita oleh semua kelompok umur. Namun jika diderita oleh bayi di bawah usia 1 tahun, akan memberikan gejala yang berat (sesak, wajah membiru) dan berakhir dengan tingginya angka kematian.
Pertusis adalah salah satu dari PD3I atau Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imnunisasi. Selain pertusis, ada 11 penyakit menular yang masuk dalam squad PD3I, yaitu:
- Tuberkulosis (TBC)
- Polio
- Hepatitis B
- Difteri
- Tetanus
- Canpak
- Rubela
- Influenza
- Cacar Air
- Hepatitis A
- Typhoid
Perjalanan Alami Penyakit Pertusis
Seorang anak yang sehat bisa tertular oleh bakteri Bordotella pertussis melalu droplet aerosol. Sumber penularan bisa dari teman, saudara, orang tua, pengasuh, guru ataupun orang dewasa di sekitarnya.
Perlu diketahui bahwa penyakit pertusis jika terjangkit pada orang dewasa, biasanya memberikan gejala yang ringan.
Setelah melawati masa inkubasi selama 7-14 hari (masa inkubasi adalah waktu yang diperlukan sejak tertular/terinfeksi hingga muncul gejala), akan timbul gejala yang khas yaitu batuk rejan (whooping cough) selama kurang lebih 100 hari.
Batuk rejan atau whooping cough adalah batuk berat yang panjang dan tidak terputus dan sesekali mengambil napas panjang diantara batuk.
1. Fase Catarrhal
Fase Catarrhal merupakan fase awal dari penyakit pertusis yang berlangsung 1-2 minggu.
Pada fase ini, penderita menunjukkan gejala yang tidak spesifik, seperti: demam yang tidak terlalu tinggi, pilek, nafsu makan turun dan batuk.
Batuk mula-mula batuk ringan yang makin hari makin memberat
2. Fase Paroxysmal
Fase Paroxysmal terjadi pada awal minggu ketiga hingga minggu kedelapan (total 6 minggu).
Pada fase ini terjadi batuk yang makin lama makin memberat. Batuk bersifat paroxysmal yang artinya batuk berat yang datang secara tiba-tiba. Pada saat penderita tidak mengalami serangan batuk, tampak seperti anak sehat pada umumnya.
Pada fase ini terjadi batuk yang khas yaitu batuk sebanyak 5-10 kali, kemudian diselingi aktivitas "inspirasi" alias menghirup udara napas.
Serangan batuk yang datang secara tiba-tiba bisa terjadi beberapa kali dalam satu jam, dan bisa menyebabkan beberapa kondisi di bawah ini:
- Ssianosis (membiru)
- Salivation (keluarnya air liur)
- Keluarnya air mata
- Post-tussive emesis (muntah di akhir serangan batuk)
- Exhausting (kelelahan)
- Penurunan berat badan
3. Fase Convalescent
Durasi fase Convalescent atau fase penyembuhan bervariasi, mulai seminggu hingga berbulan-bulan.
Pada fase ini terjadi peurunan gejala secara bertahap.
Komplikasi Pertusis
Penyakit pertusis merupakan penyakit yang sangat berat jika terjadi pada bayi 0-6 bulan. Pada rentang usia ini, pertusis sering menyebabkan terjadinya komplikasi hingga kematian
Komplikasi yang ditimbulkan oleh Pertusis antara lain:
- Pneumonia (Data tahun 2000-2017 menunjukkan bahwa pneumonia terjadi pada 13,2% kasus pertusis)
- Komplikasi neurologis: kejang ataupun kesadaran menurun (encephalopathy)
- Otitis media (infeksi telinga bagian tengah)
- Dehidrasi
- Komplikasi yang berhubungan dengan fenomena meningkatnya tekanan: pneumothoraks (udara terjebak diantara 2 lapisan pleura-selaput yang menyelimuti paru-paru), mimisan, hernia dan wasir
Penatalaksanaan Pertusis
Selain terapi suportif (memenuhi kebutuhan kecukupan nutrisi dan cairan, istirahat cukup dan minum vitamin), perlu diperhatikan penatalaksanaan berikut ini:
- Observasi ketat diperlukan pada bayi, terutama untuk mencegah atau mengatasi terjadinya gagal napas, sianosi atau kekurangan oksigen (hipoksia) dan dehidrasi
- Penderita sebaiknya diisolasi (khususnya bayi) selama 4 minggu. Isolasi dilakukan hingga 5-7 hari selesai pemberian antibiotik.
- Gejala batuk paroksismal setelah terapi antibiotik tidak berkurang, namun terjadi penurunan transmisi setelah pemberian terapi hari ke-5
- Antibiotik yang dianjurkan: azithromycin, clarithromycin, erythromycin dan juga cotrimoxazole
Antibiotik yang dianjurkan untuk pertusis adalah azithromycin, clarithromycin, erythromycin dan cotrimoxazole
Pencegahan Pertusis
Pencegahan yang sudah terbukti mengurangi angka kejadian pertusis adalah dengan imunisasi.
selain itu pencegahab juga dilakukan dengan pemberian antibiotik pada semua orang yang termasuk "kontak erat" dengan penderita
Kesimpulan
Pertusis merupakan penyakit yang sangat menular
Pertusis merupakan penyakit yang sangat berat terutama jika terjadi pada bayi 0-6 bulan
Perjalanan penyakit pertusis dibagi 3 fase: Catarrhal, paroxysmal dan convalescent.
Gejala khas pertusis adalah terjadinya batuk rejan selama kurang lebih 100 hari
Pengobatan pertusis meliputi: suportif, isolasi dan antibiotik
Pertusis merupakan penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi
Referensi
- Snyder J, Fisher D, 2012. Pertussis in Children. Ped in rev 33:412-20
- Daniels HL, Sabella C, 2018. Bordotella pertusisi (Pertussis). Peds in rev 39:247-55
- Havers FP, Moro PL, Hariri S, Skoff T, 2021. Pertussis. diunduh dari: https//www.cdc.gov/vaccine/pubs/pinkbook/pert.html
- Setyanto DB, 2004. Batuk Kronik pada Anak: masalah dan tata laksana. Sari Pediatri 6:64-70.
Mungkin kalau pertanyaan yang sama diajukan ke saya, apa Pertusis, saya bakal jawab sama seperti jawabannya mahasiswa Dokter Taura, salah satu vaksin dari DPT.
BalasHapusTernyata separah ini bisa terjadi Pertusis, batuk rejan seratus hari.
Dan syukurnya bisa dicegah dengan cara imunisasi.
Betul. Pertusis adalah salah satu penyakit menular berbahaya yang bisa dicegah dengan imunisasi
Hapussedih banget jika anak batita kita terkena batuk rejan 100 hari ya dok?
BalasHapusPastinya kan dia jadi malas makan, minimal terganggu makannya
sementara waktu tersebut merupakan golden age
jadi lebih baik preventif daripada kuratif ya?
Betul, Ambu. Semua penyakit (apalagi kronis hingga 100 hari) sedikit banyak pasti mengganggu tumbuh kembang anak
HapusDuh sedih banget lah kalau anak batuk itu dok. Yang dengar rasanya juga ikutan tersiksa.
BalasHapusTapi benar sih, Pertusis ini eksis tapi kurang didengungkan eksistensinya. Contoh dilingkungan saya, dibanding Pertusis ini banyak yg lebih khawatir kalau anak batuk berkepanjangan itu karena TB paru. Mungkin karena lebih sering digaungkan ya dok..
Pertusis dan tb paru sama-sama penyakit menular, sama-sama bahayanya... Keduanya termasuk penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi
HapusDuuh kalau lihat anak2 batuk bawaannya sedih dan pingin tukar aja ke emaknya.
BalasHapusBadan kurus, ngga bisa tidur dan kegiatan apapun ngga nyaman.
Apalagi 100 hari kasiaan ngga tega.
Untung ada imunisasinya yaa
Batuk adalah salah satu alarm tubuh anak... Bahwa anak sedang tidak baik-baik saja.
HapusSegera bawa ke dokter jika batuk tak kunjung membaik atau bahkan makin parah
Duhh kasiannya kalau anak kita terkena penyakit menular satu ini ya. Kita sebagai orang tua juga kudu waspada banget. Aku juga punya anak usia 20 bulan ni. Alhamdulillah belum pernah ngalami batuk sampe 2 hingga 3 mingguan gitu.
BalasHapusSemoga anak-anaknya selalu sehat ya kak... Jangan lupa imunisasi ya... "Aku anak sehat, tubuhku kuat, karena ibuku rajin dan cermat... "
HapusJangankan anak-anak ya orang dewasa klo batuk aja suka sedih, soalnya batuk emang lebih lama daripada pilek biasanya. Ternyata ada istilah pertusis ya, sedih ya biasanya anak klo batuk suka disuruh tarik nafas n tahan, jadi ga luka dan cepat sembuh batuknya klo ditahan tapi klo bayi mana bisa ya
BalasHapusIya betul. Pertusis pada bayi 0-1 th sangat berbahaya! So complicated dan bisa meninggal lho
HapusKasian bgt klo denger org yg sedang batuk2 dengan frekuensi lama, apalagi klo pas kena batuk 100 hari. Ternyata menurut kedokteran sakit ini ada ya dok. Memang butuh tahapan dlm proses sembuhnya ya
BalasHapusSaat sakit, apalagi sakitnya lama... Baru nyadar jika "mencegah" itu jauh lebih baik dari pada mengobati.
HapusYuk lengkapi imunisasi si kecil sesuai jadwal
Terakhir berada dalam perbincangan yang membahas soal batuk rejan secara mendalam itu pas masih punya anak bayi. Saat kontrol ke dok SpA di RS. Anak saya ga sakit batuk rejan saat itu, tapi dokter menjelaskan detail. Momen mau imunisasi kalau ga salah. Herannya, dulu saya ga yang sampe mencamkan bahwa pertusis itu merupakan penyakit yang sangat menular. Baru sekarang menjadi lebih tahu, kalau pertusis tuh sebahaya itu. Alhamdulillah dulu anak-anak gak ada yang kena.
BalasHapusSalam sehat selalu ya bu. Jangan lupa menepati jadwal imunisasi si kecil ya...
HapusAda referensi batuk rejan dokter bagi pembaca untuk mengatasinya
BalasHapusWih serem juga ya gejalanya batuk sampai keluar air mata gitu.
BalasHapusApalagi kalau menyerang anak-anak.
Jangankan batuk rejan 100 hari ya, batuk yang biasa aja saya parno kalau terjadi ke anak saya, untungnya sejak pandemi ini, kebiasaan pakai masker masih melekat di anak saya, terutama yang kecil, jadi Alhamdulillah lebih kuat ketimbang kakaknya yang udah sering nggak tahan maskeran :D
Yes, masker adalah salah satu upaya untuk mencegah tertular dari penyakit yang ditularkan melalui droplet. Salam sehat ya bu
HapusSebagai ortu kudu benar-benar memahami kondisi kesehatan anak nihm kalau anak batuk sebaiknya segera dibawa ke dokter ya. dok.
BalasHapusSaya pernah mengalami batu rejan 100 hari ini di 2019 dok. Rasanya enggak enak banget. Itu kalau kena ke anak-anak sakit banget bacanya ... bisa sampai membiru wajahnya. Ah ya imunisasi memang penting banget untuk menjaga kesehatan anak-anak
BalasHapusDok, bedakah antara Pertusis dengan TBC?
BalasHapusRasanya salah satu saudara saya ada dok yang mengalami batuk rejan begini.. Gak selesai-selesai dan kalaupun sembuh, nanti ada lagi.
Beliaunya juga sudah periksa ke dokter dan sudah diresepkan obat.
Tapi ya..begitu lagi, Dok.
Rasanya menyiksa sekali kalau sudah kambuh sakit Pertusis ini yaa..
Pertusis bukan termasuk penyakit kambuhan. Hanya 100 hari saja umurnya. Batuk kronis berulang pada anak, apalagi kambuhan...sering disebabkan karena alergi. Diskusikan lagi dengan dokter anaknya ya
HapusTerimakasih banyak atas uraiannya dok, jadi inget dulu kecil, aku pernah dibilang sakit batuk 100 hari, batuk rejan, bikin sakit nyeri di bagian dada, tapi kata ibu aku udah dapet imunisasi lengkap, itu gimana ya? Udah gede gini jadi aware ke anakku..
BalasHapusbatuk itu adalah salah satu sakit yang paling menyiksa. Saya kalo batuk, biasanya perut jjuga ikutan sakit, apalagi bila intensitas batuknya sering dan lama. Gak kebayang kalo anak-anak menderita pertusis, pasti sakit dan tersiksa banget, hiks
BalasHapusSedih ya sekarang banyak orang sakit, harus rajin rajin minum vitamin, antibiotik supaya aman dan sehat semuanyaaa
BalasHapussekarang batuk suka bikin cemas ya. Padahal bisa jadi cuacanya juga pengaruh nggak sih? serem kalo ngomongin penyakit
BalasHapusBatuk sebenarnya salah satu mekanisme pertahanan diri manusia, untuk mengeluarkan "benda asing" (lendir dll) di sepanjang saluran napas atas
HapusMasyaAllah terimakasih dokter atas ilmu dan informasi yang diberikan. Ada dua pertanyaan saya dokter. Apakah ada kemungkinan relaps pada anak yg mengalami pertusis pada saat dewasa nanti? Pertanyaan kedua apa vaksin pertusis untuk orang dewasa sangat direkomendasikan atau boleh ditinggal karena vaksin pada saat anak anak?
BalasHapusPertusis pada dewasa tidak separah pada bayi. Dengan imunisasi pertusis, kambuhan tidak terjadi. Salam sehat ya
HapusMaturnuwun sanget dokter untuk paparan materinya, sangat bermanfaat sekali.. saya banyak belajar dari tulisan-tulisan di blog njenengan.
BalasHapusPertusis ini perlu dapat perhatian lebih juga.. karena jika sudah terinfeksi maka sakitnya akan sangat lama.. apalagi pada anak-anak gejala nya akan lebih berat. Lebih-lebih pada bayi usia 0-6 bulan. Izin bertanya dokter, untuk antibiotik yang diberikan pada orang yang 'kontak erat' apakah dosis nya sama dengan orang-orang yang bergejala dan terkonfirmasi pertusis ?
Maturnuwun sanget dokter untuk paparan materinya, sangat bermanfaat sekali.. saya banyak belajar dari tulisan-tulisan di blog njenengan.
BalasHapusPertusis ini perlu dapat perhatian lebih juga.. karena jika sudah terinfeksi maka sakitnya akan sangat lama.. apalagi pada anak-anak gejala nya akan lebih berat. Lebih-lebih pada bayi usia 0-6 bulan. Izin bertanya dokter, untuk antibiotik yang diberikan pada orang yang 'kontak erat' apakah dosis nya sama dengan orang-orang yang bergejala dan terkonfirmasi pertusis ?
Terimakasih banyak dokter...
Terima kasih dokter sudah sharing ilmunya. Saya mau bertanya dokter. Pada fase penyembuhan durasinya berbeda-beda ada yang hitungan minggu dan bulan, apa faktor yang memengaruhi hal tersebut nggih dokter? Apakah telatnya penatalaksanaan termasuk hal yang memengaruhi fase penyembuhan?
BalasHapusSaya pikir batuk 100 hari itu hanya guyonan masyarakat umum lho Dok, ternyata di dunia medis emang ada ya dok, btw kalau sering terpapar polusi udara karena sering naeik kendaraan umum apa jadi penyebab batuk 100 hari juga ya dok??
BalasHapusTerima kasih atas sharing ilmunya dokter. Memang saat ini musimnya batuk nggih dokter. Mohon izin bertanya dokter, untuk pemberian antibiotik sendiri diberikan berapa lama nggih dokter? Jika setelah diberikan antibiotik selama waktu tersebut tapi masih belum juga membaik, apakah pemberian antibiotiknya tetap dilanjutkan atau bagaimana nggih dokter?
BalasHapusAlhamdulillah terimakasih atas sharing ilmunya, dokter. sepertinya keadaan bayi pada usia <6bulan dengan tidak adanya reflek batuk itu yang menyebabkan gejala whooping cough sering seperti tidak ada tetapi justru lebih membayakan karena dapat menyebabkan sesak dan sianosis nggih, dok..
BalasHapusTerimakasih dokter wah ini bermanfaat sekali, apalagi batuk itu berbeda beda dari jenis penyebab dan lainnya. Tapi saya mau bertanya dokter, salah satu pencegahan dari pertusis ini yaitu dilakukannya imunisasi. Tapi apakah ada kemungkinan dokter ya untuk terjadi penularan meskipun sudah melakukan imunisasi ? Entah untuk anak ataupun saat dewasa nantinya
BalasHapuskalau melihat anak batuk rejan gitu jadi ga tega banget. semoga dengan ada nya ulasan ini membuat orang sekitar jadi lebih aware untuk segera membawa anak ke fasilitas kesehatan dan tidak terkecoh saat anak di fase "terlihat" sehat.
BalasHapusdokter saya izin bertanya, kira² apa saja yang dapat memperberat dan memperingan timbulnya batuk rejan anak selama fase paroxismal ? karena selama fase paroxismal anak akan ada fase tampak sehat (tidak muncul batuk rejan) dan muncul batuk rejannya.
Wah para orang tua memang perlu waspada jika anaknya sudah batuk lama hingga 100 hari karena ternyata penularan pertusis sangat mudah hanya melalui batuk atau bersin. Jadi imunisasi memang "sangat amat" penting untuk memberikan perlindungan dari si pertusis ini
BalasHapusTernyata di jaman yang sudah semakin mudah akses kesehatan masih ada penyakit kronis seperti ini ya. Melihat seberapa menyiksanya gejala pada pertusis, imunisasi adalah jalan paling mudah untuk mencegah anak tertular penyakit batuk Rejan ini ya dok
BalasHapusBordotella pertussis sis sis.... menginggatkan hafalan saya tentang bakteri gram negatif. Melihat betapa ngerinya bakteri ini sampai bisa menimbulkan penyakit pertusis atau yang di sebut juga batuk rejan, batuk seribu hari. Sebuah hal yang harus diwaspadai meskipun pertusis jarang namun pencegahan lewat imunisasi harus tetap digencarkan.
BalasHapusOrang tua harus tau tentang penyakit ini karna kadang orang tua kurang aware ketika anaknya batuk nggak sembuh2 di anggap batuk biasa dan imunisasi sangatlah penting untuk perlindungan penyakit ini. Semoga para orang tua tidak menyepelekan dan mengetahui seberapa penting imunisasi.
BalasHapusTernyata batuk saja merupakan "warning sign" dari banyak penyakit. Biasanya para orang tua menganggap bahwa anak batuk karena terlalu banyak minum es. Setelah membaca artikel ini, para ibu-ibu seharusnya selalu waspada terhadap jenis batuk anaknya
BalasHapusSelain TB paru yang memiliki gejala batuk dan dapat di tularkan. Ternyata batuk rejan atau yang sering di kenal batuk seratus hari (pertusis) ini juga sangat menular. Sehingga untuk mencegah penyakit pertusis ini para orang tua bisa memberikan vaksin DPT tersebut. Terima kasih dokter dengan tulisan dokter kita sebagai masyarakat bisa uwer ketika mengalami batuk, tidak hanya dianggap sebagai batuk biasa saja akibat flu.
BalasHapusPertusiss merupakan penyakit yang disebapkan oleh infeksi bakteri bordotella pertusiss, ciri khas dari penyakit ini adalah batuk berat dan panjang, batuk ini jugah sering disebut batuk seratus hari karena batuk kronis yang berulang, penyakit ini termasuk dalam penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, oleh karena itu setiap orang tua harus mengimunisasi anaknya agar dapat terhindar dari penyakit ini.
BalasHapusTerima kasih banyak dokter atas materinya 🙏
BalasHapusSaya jadi ingat dulu waktu jaman ospek dikampus, ada salah satu lagu yang wajib kamu hafalkan, judulnya adalah bakteri gram negatif, liriknya ada menyebutkan bakteri bordutela pertussis 😁
Dimana bakteri ini merupakan bakteri penyebab dari batuk Rejan atau pertussis ini, sangat mengerikan sekali namun ternyata masih banyak masyarakat yang awam tentang penyakit batuk yang satu ini ☹️
Alhamdullilah saya diberi kesempatan untuk membaca blog dokter. Terimakasih atas ilmu yang telah diberikan. Blog ini penting bagi para orang tua karena perlu adanya kepahaman jika anak sudah batuk lama hingga 100 hari dan ternyata penularan batuk pertusis ini sangat mudah hanya dengan melalui batuk atau bersin. Jadi para orangtua harus menyadari bahwa imunisasi sangat penting untuk memberikan perlindungan anak dari batuk pertusis ini.
BalasHapusSetelah membaca artikel yang dokter tuliskan disini, waah informasi yang baru dan menarik untuk saya. Walau kasus pertussis termasuk kasus yang jarang ditemui, baiknya agar tetap untuk memberikna vaksin sesuai jadwal
BalasHapusTerima kasih banyak dokter ilmunya , gejala batuk yang sering dibiarkan karena dikira hanya flu biasa ternyata bisa menjadi tanda-tanda dari pertusis. Dengan mengetahui gejala lanjutan dari batuk itu sendiri kita bisa jadi mengetahui proses perjalanan penyakit dan penyebabnya. Batuk rekan/pertusis sangat mengganggu aktivitas karena rasa ingin batuk yang sering dan rasa capek karena batuk terus karena itu sangat penting untuk mengetahui bagaimana cara tatalaksananya , senang bisa membaca tulisan ini, terima kasih dokter
BalasHapusTernyata walau jarang terdengar dan ada dalam kasus sehari-hari, ternyata gejala dan terapi Pertussis sangat penting untuk diketahui. Karena penuntasan Pertussis harus dilakukan dengan komprehensif dan berkelanjutan. Terima kasih banyak Dokter
BalasHapusTerimakasih dokter atas ilmu yang sangat bermanfaat, pertusis ini menurut saya merupakan batuk yang underrated jadi masyarakat kurang aware terhadap pertusis ini. Selain itu juga karena batuk sering disepelekan, sehingga kejadian yang mengarah ke pertusis juga mungkin banyak yang kurang tau.
BalasHapusPadat, Detail, Jelas, To The Point dan mudah dimengerti. walaupun asing di telinga orang awam, tapi punya ciri khas. jarang menemukan kasus di sekitar namun bukan berarti tidak ada yaa. tetap waspada jika suatu penyakit terjadi di suatu wilayah kesehatan :D
BalasHapusTerima kasih banyak dokter ilmunya, indikasi batuk yang kerap dibiarkan sebab dikira cuma flu biasa nyatanya dapat jadi isyarat dari pertusis. Dengan mengenali indikasi lanjutan dari batuk itu sendiri kita dapat jadi mengenali proses ekspedisi penyakit serta penyebabnya. Batuk rekan/ pertusis sangat mengusik kegiatan sebab rasa mau batuk yang kerap serta rasa letih sebab batuk terus sebab itu sangat berarti buat mengenali gimana metode tatalaksananya, bahagia dapat membaca tulisan ini, terima kasih dokter
BalasHapusTerimakasih atas informasinya dokter, memang batuk seringkali disepelekan dan juga batuk pertusis memang sangat awam terdengar di telinga masyarakat, tetapi gejala,pencegahan dan penanganannya wajib kita ketahui agar tidak menyesal dikemudian hari. Jangan lupa ada vaksinnya juga lhoo
BalasHapusKadang masalah batuk masih dianggap sepele dikalangan masyarakat kita. Penting bagi orang tua untuk mengetahui jika anak sudah batuk lama apalagi sampai 100 hari. Ternyata penyakit ini juga ada vaksinnya ya dok, terimakasih informasinya dokter
BalasHapusjarang menemukan kasus di sekitar namun bukan berarti tidak ada yaa. bukti keberhasilan vaksin
BalasHapusbaru sekali saya menemukan batuk rejan selama 100 hari ini. kasian banget anaknya dan ditambah lagi orangtua tidak tahu menahu apa itu pertususi + tidak diberikan vaksin saat lahir dikarenakan takut kejnag. perlu banget nyebarin link blog ini. mohon izin share link nggih dokter
BalasHapusVideo yang disajikan membuat semakin memahami whooping cough, batuk tapi dia memiliki ciri khas nya. Alhamdulillah mampir kesini jadi bisa tahu nii tentang pertusis.
BalasHapusTerima kasih dokter ilmunya , karna sering kali gejala batuk ditemukan di masyarakat sehingga dapat disalah artikan sebagai flu atau karna kebanyakan es, padahal pada tanda tertentu dapat berarti pertusis. Penting untuk orangtua mengetahui bagaimana perbedaan batuk biasa dengan gejala peretusis, terimakasih dokter dari artikel ini sangat membantu memahami pertusis lebih mudah
BalasHapusTerimakasih dokter atas ilmunya. Ternyata pertusis yang biasa disebut batuk rejan ini bisa diderita semua kelompok umur. Tetapi jika menyerang bayi <1tahun maka bisa memberikan gejala berat hingga kematian loh. Orang tua bisa melakukan pencegahan dengan memberikan imunisasi kepada si kecil.
BalasHapusterimakasih dokter, atas ilmu nya, pertusis ini jujur saya belum pernah mendengarnya pada saat sebelum saya menginjak ke perguruan tinggi kedokteran, dan setelah saya kuliah ternyataa memang sudah ada vaksin nya, jadi memang bukti keberhasilan vaksin disini memang real
BalasHapusTerima kasih banyak dokter atas uraian penjelasan yang sangat mudah dipahami ini, sebagai anak kesehatan jadi lebih mudah juga untuk mencari bahasa yang pas untuk edukasi ke masyarakat berkat kata kata dokter yang mudah dipahami ini
BalasHapusterima kasih atas ilmunya dokter. dari sini saya jadi tahu apa saja fase yang dilalui akibat penyakit batuk pertusis ini. tulisan dokter Taura memang sangat enak untuk dipahami dan dibaca.
BalasHapusMasyaallah, terimakasih banyak atas ilmunya dokter🙏🏻
BalasHapusAlhamdulillah, terimakasih dokter atas ilmunya, dengan membaca ini saya mengetahui fase-fase dan gejala pada penyakit pertusis, dengan adanya video yang disajikan membuat saya mengetahui lebih banyak tentang penyakit ini
BalasHapusTerimakasih dokter
BalasHapusPertusis adalah salah satu penyakit menular yang hanya bisa di cegah dengan imuniasasi
Terima kasih dokter untuk artikelnya. Selama ini kalau orang awam menganggap kalau batuk itu hanya berkaitan dengan flu, dan tidak berbahaya karena bisa sembuh sendiri, akan tetapi kalau Pertusis ini ternyata bisa menyebabkan kematian pada bayi usia sampai dengan 6 bulan, dan juga sangat menular. Kedisiplinan dalam melakukan imunisasi bisa mencegah adanya penyakit ini. Kondisi waspada bagi orang tua yang anaknya mengalami batuk lebih dari 2 minggu dan kalau batuknya parah tidak berhenti muka nya sampai membiru dan sampai muntah yang merupakan gejala dari Pertusis.
BalasHapus